Selasa, 28 Januari 2014

.......

"And how I miss someone to hold
when hope begins to fade.."
#AvengedSevenfold #DearGod #lyric

Kamis, 23 Januari 2014

Flower Crowns~

Hola :D
Ngomong2, sekarang anak2 cewek kan lagi suka tuh yang namanya makein Flower Crown
Naaaaaah, nisa mau ngepost foto2nya Pauline Alvarez yang pake flower crown
Sum cantik bingiiiiiit + fotografinya bagus ngeeeeeeet ;))))))))























Yaaaa :'|

"Malu aku malu, pada semut merah
Yang berbaris di dinding, menatapku curiga
Seakan penuh tanya, sedang apa disini?
Menanti (orang yg belum move on2) jawabku"
 #KisahKasihDiSekolah #edit #ngaco #okesip
 

What A......

"You’ve got your dumb friends
I know what they say
They tell you I’m difficult
But so are they
But they don’t know me
Do they even know you?
All the things you hide from me
All the shit that you do"

#AvrilLavigne #MyHappyEnding #lyrics

Selasa, 21 Januari 2014

Deja Vu? Apasih Sebenarnya?



Pernahkan kalian mengunjungi sebuah tempat dan tiba-tiba merasa sudah familiar dengan tempat tersebut yang padahal kalian baru pertama kali mengunjunginya?
Atau pernahkah kalian sedang mengalami suatu peristiwa tapi merasa bahwa peristiwa tersebut sudah pernah dialami, walaupun tidak bisa mengingatnya secara persis kapan kejadian tersebut terjadi?
Jika pernah mengalami kejadian diatas, itulah yang disebut deja vu, salah satu fenomena misterius yang ada di dunia ini.

Deja vu berasal dari bahasa Perancis yang berarti "telah melihat". Kata ini juga mempunyai beberapa variasi kata seperti deja vecu (telah mengalami), deja senti (telah memikirkan) dan deja visite (telah mengunjungi). Nama Deja Vu pertama kali digunakan oleh seorang ilmuwan dari Perancis yang bernama Emile Boirac yang pada waktu itu sedang mempelajari fenomena ini kira-kira sekitar tahun 1876.

Selain deja vu, ada lagi kata Perancis yang merupakan lawan dari deja vu, yaitu Jamais Vu, yang artinya "tidak pernah melihat". Fenomena ini muncul ketika seseorang untuk sementara waktu tidak dapat mengingat atau mengenali peristiwa atau orang yang sudah pernah dikenal sebelumnya

Sebelum kita mengenal lebih jauh tentang deja vu, alangkah baiknya jika kita mengetahui apa yang disebut dengan "Recognition Memory", atau memori pengenal.

Recognition Memory
Merupakan sebuah memori yang ada dalam otak yang menyebabkan kita dapat menyadari kejadian yang kita alami sekarang sebenarnya sudah pernah kita alami sebelumnya.
Selama terjadinya Deja Vu, kita akan mengenali situasi yang sedang kita hadapi, namun anehnya kita tidak tahu dimana dan kapan kita pernah mengalami hal tersebut sebelumnya.
Percaya atau tidak, sekitar 60 sampai 70 persen manusia di dunia ini paling tidak pernah mengalami deja vu minimal sekali, apakah itu berupa pandangan, suara, rasa atau bau. Jadi, jika kalian sering mengalami deja vu, itu menandakan bahwa kalian tidak hanya sendirian di dunia ini.

Teori-Teori Deja Vu

Teori Sigmund Freud
 
Foto di atas menunjukan sebuah ilustrasi "Puncak gunung es" yang terkenal. Para ahli "otak" sering menggunakan ilustrasi di atas untuk menggambarkan seperti apa bentuk pikiran kita yang sebenarnya. Permukaan air adalah batas kesadaran kita. Pikiran sadar kita adalah bongkahan yang muncul di atas permukaan laut. Sedangkan pikiran bawah sadar adalah bongkahan raksasa yang ada di dalam laut. Menurut mereka, sebagian besar informasi yang kita terima akan tersimpan di pikiran bawah sadar kita dan belum muncul ke permukaan. Hanya sebagian kecil saja informasi yang kita terima dan benar-benar  bisa kita ingat atau kita sadari. Prinsip ini adalah kunci penting untuk memahami Deja Vu.
Gangguan akses memori

Sigmund Freud yang dijuluki sebagai bapak psikoanalisa pernah meneliti mengenai fenomena ini dan ia percaya jika seseorang sedang mengalami Deja Vu maka secara spontan ia akan teringat dengan sebuah ingatan bawah sadar. Karena ingatan itu berada pada area bawah sadar, isi ingatan tersebut tidak muncul karena dihalangi oleh pikiran sadar, namun perasaan familiar tersebut bocor keluar. Teori Freud ini terbukti menjadi landasan bagi teori-teori yang muncul berikutnya.

Namun sebelum membahas teori-teori yang lainnya, terlebih dahulu dijelaskan tentang "Subliminal". Subliminal berasal dari kata latin, yaitu "sub" dan "Limin atau Limen". "Sub" berarti bawah, sedangkan "Limin" berarti ambang batas. Dalam artian psikologi, subliminal berarti beroperasi dibawah sadar.
Lagi-lagi berhubungan dengan bawah sadar. Bermaksud memperkenalkan kata ini adalah untuk memahami teori di bawah ini.



Perhatian Yang Terpecah - Teori Ponsel
Seorang peneliti bernama Dr. Alan Brown pernah mengadakan eksperimen yang diharapkan bisa menciptakan ulang proses deja vu. Dalam percobaannya, ia dan rekannya Elizabeth Marsh memberikan sugesti subliminal kepada subjek penelitiannya.

Mereka menunjukkan sekumpulan foto yang menunjukkan lokasi-lokasi yang berbeda kepada sekelompok pelajar dengan maksud bertanya kepada mereka mana yang dianggap paling familiar bagi mereka. Dalam percobaan ini, semua pelajar yang diuji belum pernah mengunjungi lokasi-lokasi yang ada di foto tersebut.

Tetapi sebelum mereka menunjukkan foto-foto itu, terlebih dahulu mereka menayangkan beberapa foto itu di layar dengan kecepatan subliminal sekitar 10 sampai 20 milidetik. Kecepatan itu cukup bagi otak manusia untuk menyimpan informasi itu di bawah sadar, namun tidak cukup bagi para pelajar itu untuk menyadari dan menaruh perhatian foto tersebut.

Percobaan ini membuktikan bahwa lokasi-lokasi yang tedapat pada foto-foto yang sudah ditayangkan dengan kecepatan subliminal dianggap paling familiar bagi para pelajar tersebut.

Percobaan yang sama juga pernah dilakukan oleh Larry Jacobi dan Kevin Whitehouse dari Washington University. Bedanya, mereka menggunakan sekumpulan kata-kata, bukan foto. Walaupun demikian hasil yang mereka dapat sama dengan eksperimen yang di lakukan Dr. Alan Brown.

Berdasarkan pada hasil eksperimennya, Dr. Alan Brown kemudian mengajukan sebuah teori yang disebut sebagai Teori Ponsel (Perhatian Yang Terpecah).

"Teori ini mengatakan bahwa ketika perhatian kita terpecah, maka, secara subliminal, otak kita akan menyimpan informasi mengenai kondisi di sekeliling kita namun tidak benar-benar menyadarinya. Ketika perhatian kita mulai fokus kembali, maka segala informasi mengenai sekeliling kita yang tersimpan secara subliminal akan "terpanggil" keluar sehingga kita merasa lebih familiar. Ini sama seperti bongkahan es di bawah permukaan air yang naik ke atas permukaan."


Misalnya, jika kita memasuki sebuah ruangan sambil mengajak bicara teman kita, maka perhatian kita tidak akan terpaku kepada kondisi ruangan itu, melainkan kepada orang yang kita ajak bicara, tetapi secara tidak langsung otak kita telah menyimpan informasi itu secara subliminal di memori bawah sadar. Jadi ketika kita selesai ngobrol, pikiran kita mulai fokus dan informasi yang tersimpan di bawah sadar mulai muncul. Seketika itu juga kita mulai merasa familiar dengan rumah itu.

Jadi, berdasarkan teori ini, deja vu tidak berhubungan dengan kejadian di masa lalu yang telah berlangsung lama.



Teori Memori Dari Sumber Lain
Ada lagi teori yang lain. Teori ini percaya bahwa otak kita menyimpan banyak memori yang datang dari berbagai aspek kehidupan kita, seperti film yang kita tonton, gambar ataupun buku yang kita baca. Informasi-informasi ini kita simpan tanpa kita sadari. Sejalan dengan lewatnya waktu, maka ketika kita mengalami peristiwa yang mirip dengan informasi yang pernah kita simpan, maka memori yang tersimpan di bawah sadar kita akan bangkit kembali.

Contoh, sewaktu kecil, mungkin kita pernah menonton sebuah film yang memiliki adegan di sebuah tugu atau monumen. Ketika dewasa, kita mengunjungi tugu ini dan tiba-tiba kita merasa familiar walaupun kita tidak ingat dengan film tersebut.

Teori ini mirip dengan teori ponsel, tapi teori ini setuju bahwa deja vu berhubungan dengan kejadian yang telah berlangsung lama di masa lampau.


Teori Pemrosesan Ganda (Visi Yang Tertunda)
Dalam banyak hal, teori-teori mengenai penyebab Deja Vu tidak berbeda jauh dari yang diajukan oleh Sigmund Freud. Namun seorang peneliti bernama Robert Efron berusaha melihat lebih jauh kedalam mekanisme otak, bukan sekedar pikiran sadar atau tidak sadar. Walaupun sangat teknikal, teori yang diajukannya dianggap sebagai salah satu teori Deja Vu terbaik yang pernah ada.

Teori Efron ini berhubungan dengan bagaimana cara otak kita menyimpan memori jangka panjang dan jangka pendek. Ia menguji teori ini pada tahun 1963 di rumah sakit Veteran Boston. Menurutnya, respon syaraf yang terlambat dapat menyebabkan deja vu. Hal ini disebabkan karena informasi yang masuk ke pusat pemrosesan di otak melewati lebih dari satu jalur.

Efron menemukan bahwa Lobus Temporal dari otak bagian kiri bertanggung jawab untuk mensortir informasi yang masuk. ia juga menemukan bahwa lobus ini menerima informasi yang masuk dua kali dengan sedikit delay antara dua transmisi tersebut.


"Informasi yang masuk pertama kali langsung menuju Lobus Temporal, sedangkan yang kedua kali mengambil jalan berputar melewati otak sebelah kanan terlebih dahulu."
  

Jika delay yang terjadi sedikit lebih lama dari biasanya, maka otak akan memberikan catatan waktu yang salah atas informasi tersebut dengan menganggap informasi tersebut sebagai memori masa lalu.
#website: http://miqbal20.blogspot.com/2013/12/mengungkap-fenomena-deja-vu.html
#dengan penyuntingan#